SELAMAT DATANG, ... SEMOGA INFORMASI YANG ADA DI BLOG INI BERMANFAAT BAGI ANDA

Minggu, 20 Desember 2015

18 Indikator Pendidikan Karakter Bangsa

Dengan seringnya tawuran antar pelajar dan menurunnya karakter berkebangsaan pada generasi maka dicetuskan pendidikan karakter bangsa sebagai wujud pendidikan karakter kebangsaan kepada peserta didik. Pendidikan karakter bangsa Indonesia. Dalam pelaksanaannya pendidikan karakter bangsa indonesia tidak berdiri sendiri tetapi berintegrasi dengan pelajan-pelajaran yang ada dengan memasukkan nilai-nilai karakter dan budaya bangsa Indonesia.
Pendidikan karakter bangsa bisa dilakukan dengan pembiasaan nilai moral luhur kepada peserta didik dan membiasakan mereka dengan kebiasaan (habit) yang sesuai dengan karakter kebangsaan. Berikut 18 Indikator Pendidikan Karakter bangsa sebagai bahan untuk menerapkan pendidikan karakter bangsa:
1. Religius ; Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
INDIKATOR SEKOLAH
A Merayakan hari-hari besar keagamaan.
B Memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah.
C Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah.
INDIKATOR KELAS
A Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran.
B Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah.
2. Jujur ; Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
INDIKATOR SEKOLAH
A Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang.
B Tranparansi laporan keuangan dan penilaian sekolah secara berkala.
C Menyediakan kantin kejujuran.
D Menyediakan kotak saran dan pengaduan.
E Larangan membawa fasilitas komunikasi pada saat ulangan atau ujian.
INDIKATOR KELAS
A Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang.
B Tempat pengumuman barang temuan atau hilang.
C Tranparansi laporan keuangan dan penilaian kelas secara berkala.
D Larangan menyontek.
3. Toleransi ; Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis,pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya
INDIKATOR SEKOLAH
A. Menghargai dan memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh warga sekolah tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, status ekonomi, dan kemampuan khas.
B. Memberikan perlakuan yang sama terhadap stakeholder tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi.
INDIKATOR KELAS
A. Memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruh warga kelas tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi.
B. Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus.
C. Bekerja dalam kelompok yang berbeda.
4. Disiplin ; Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
INDIKATOR SEKOLAH
A Memiliki catatan kehadiran.
B Memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang disiplin.
C Memiliki tata tertib sekolah.
D Membiasakan warga sekolah untuk berdisiplin.
E Menegakkan aturan dengan memberikan sanksi secara adil bagi pelanggar tata tertib sekolah.
F Menyediakan peralatan praktik sesuai program studi keahlian (SMK).
INDIKATOR KELAS
A Membiasakan hadir tepat waktu.
B Membiasakan mematuhi aturan.
C Menggunakan pakaian praktik sesuai dengan program studi keahliannya (SMK).
D Penyimpanan dan pengeluaran alat dan bahan (sesuai program studi keahlian) (SMK).
5. Kerja Keras ; Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
INDIKATOR SEKOLAH
A Menciptakan suasana kompetisi yang sehat.
B Menciptakan suasana sekolah yang menantang dan memacu untuk bekerja keras.
C Memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang kerja.
INDIKATOR KELAS
A Menciptakan suasana kompetisi yang sehat.
B Menciptakan kondisi etos kerja, pantang menyerah, dan daya tahan belajar.
C Mencipatakan suasana belajar yang memacu daya tahan kerja.
D Memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang giat bekerja dan belajar.
6. Kreatif ; Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
INDIKATOR SEKOLAH
A. Menciptakan situasi yang menumbuhkan daya berpikir dan bertindak kreatif.
INDIKATOR KELAS
A Menciptakan situasi belajar yang bisa menumbuhkan daya pikir dan bertindak kreatif.
B Pemberian tugas yang menantang munculnya karya-karya baru baik yang autentik maupun modifikasi.
7. Mandiri ; Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
INDIKATOR SEKOLAH
Menciptakan situasi sekolah yang membangun kemandirian peserta didik.
INDIKATOR KELAS
Menciptakan suasana kelas yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja mandiri.
8. Demokratis ; Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
INDIKATOR SEKOLAH
A Melibatkan warga sekolah dalam setiap pengambilan keputusan.
B Menciptakan suasana sekolah yang menerima perbedaan.
C Pemilihan kepengurusan OSIS secara terbuka.
INDIKATOR KELAS
A Mengambil keputusan kelas secara bersama melalui musyawarah dan mufakat.
B Pemilihan kepengurusan kelas secara terbuka.
C Seluruh produk kebijakan melalui musyawarah dan mufakat.
D Mengimplementasikan model-model pembelajaran yang dialogis dan interaktif.
9. Rasa Ingin Tahu; Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
INDIKATOR SEKOLAH
A Menyediakan media komunikasi atau informasi (media cetak atau media
elektronik) untuk berekspresi bagi warga sekolah.
B Memfasilitasi warga sekolah untuk bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan budaya.
INDIKATOR SEKOLAH
A Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu.
B Eksplorasi lingkungan secara terprogram.
C Tersedia media komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik).
10. Semangat Kebangsaan; Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
INDIKATOR SEKOLAH
A Melakukan upacara rutin sekolah.
B Melakukan upacara hari-hari besar nasional.
C Menyelenggarakan peringatan hari kepahlawanan nasional.
D Memiliki program melakukan kunjungan ke tempat bersejarah.
E Mengikuti lomba pada hari besar nasional.
INDIKATOR KELAS
A Bekerja sama dengan teman sekelas yang berbeda suku, etnis, status sosial-ekonomi.
B Mendiskusikan hari-hari besar nasional.
11. Cinta Tanah Air ; Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
INDIKATOR SEKOLAH
A Menggunakan produk buatan dalam negeri.
B Menyediakan informasi (dari sumber cetak, elektronik) tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia.
B Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
INDIKATOR KELAS
A Memajangkan: foto presiden dan wakil presiden, bendera negara, lambang negara, peta Indonesia, gambar kehidupan masyarakat Indonesia
B. Menggunakan produk buatan dalam negeri.
12. Menghargai Prestasi; Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain.
INDIKATOR SEKOLAH
A Memberikan penghargaan atas hasil prestasi kepada warga sekolah.
B Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi.
INDIKATOR KELAS
A Memberikan penghargaan atas hasil karya peserta didik.
B Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi.
C Menciptakan suasana pembelajaran untuk memotivasi peserta didik berprestasi.
13. Bersahabat/ Komuniktif; Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
INDIKATOR SEKOLAH
A Suasana sekolah yang memudahkan terjadinya interaksi antarwarga sekolah.
B Berkomunikasi dengan bahasa yang santun.
C Saling menghargai dan menjaga kehormatan.
D Pergaulan dengan cinta kasih dan rela berkorban.
INDIKATOR KELAS
A Pengaturan kelas yang memudahkan terjadinya interaksi peserta didik.
B Pembelajaran yang dialogis.
C Guru mendengarkan keluhan-keluhan peserta didik.
D Dalam berkomunikasi, guru tidak menjaga jarak dengan peserta didik.
14. Cinta Damai; Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya
INDIKATOR SEKOLAH
A Menciptakan suasana sekolah dan bekerja yang nyaman, tenteram, dan harmonis.
B Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan.
C Membiasakan perilaku warga sekolah yang tidak bias gender.
D Perilaku seluruh warga sekolah yang penuh kasih sayang.

INDIKATOR KELAS
A Menciptakan suasana kelas yang damai.
B Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan.
C Pembelajaran yang tidak bias gender.
D Kekerabatan di kelas yang penuh kasih sayang.
15. Gemar Membaca; Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
INDIKATOR SEKOLAH
A Program wajib baca.
B Frekuensi kunjungan perpustakaan.
C Menyediakan fasilitas dan suasana menyenangkan untuk membaca.
INDIKATOR KELAS
A Daftar buku atau tulisan yang dibaca peserta didik.
B Frekuensi kunjungan perpustakaan.
C Saling tukar bacaan.
D Pembelajaran yang memotivasi anak menggunakan referensi.
16. Peduli Lingkungan; Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
INDIKATOR SEKOLAH
A Pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah.
B Tersedia tempat pembuangan sampah dan tempat cuci tangan.
C Menyediakan kamar mandi dan air bersih.
D Pembiasaan hemat energi.
E Membuat biopori di area sekolah.
F Membangun saluran pembuangan air limbah dengan baik.
G Melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan anorganik.
H Penugasan pembuatan kompos dari sampah organik.
I Penanganan limbah hasil praktik (SMK).
J Menyediakan peralatan kebersihan.
K Membuat tandon penyimpanan air.
L Memrogramkan cinta bersih lingkungan.
INDIKATOR KELAS
A Memelihara lingkungan kelas.
B Tersedia tempat pembuangan sampah di dalam kelas.
C Pembiasaan hemat energi.
D Memasang stiker perintah mematikan lampu dan menutup kran air pada setiap ruangan apabila selesai digunakan (SMK).
17. Peduli Sosial; Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
INDIKATOR SEKOLAH
A Memfasilitasi kegiatan bersifat sosial.
B Melakukan aksi sosial.
C Menyediakan fasilitas untuk menyumbang.
INDIKATOR KELAS
A Berempati kepada sesama teman kelas.
B Melakukan aksi sosial.
C Membangun kerukunan warga kelas.
18. Tanggung jawab; Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa.
INDIKATOR SEKOLAH
A Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis.
B Melakukan tugas tanpa disuruh.
C Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat.
D Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas.
INDIKATOR KELAS
A Pelaksanaan tugas piket secara teratur.
B Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah.
C Mengajukan usul pemecahan masalah. 

8 Langkah Bicara Efektif

8 Langkah Bicara Efektif 

Kemampuan berbicara sangat penting dalam kegiatan bekerja maupun kegiatan sehari-hari. Selain kualitas pesan yang disampaikan, cara berbicara pun patut di perhatikan. Pasalnya, itu akan mencerminkan kepribadian kita sebenarnya. Nah, agar karier dan hubungan personal berhasil, kuasai 8 langkah bicara efektif..
Sebelum bicara, pikirkan dulu apa yang ingin disampaikan. Rangkai kata-kata sebaik mungkin agar pesan anda mudah dicerna oleh lawan bicara. Bertuturlah dengan gaya bahasa yang pantas, santun, dan berbasa-basilah seperlunya.
Saat berbicara, sesuaikan volume dengan kondisi lingkungan. Jangan terlalu lirih, tetapi tidak pula terlalu keras bila anda duduk berdekatan.
Perhatikan nada suara. Usahakan berbicara dengan nada bervariasi, dan sesekali diselingi humor tanpa menyinggung pribadi seseorang. Nada yang monoton akan membuat perhatian lawan bicara teralih dari fokus pembicaraan atau kemungkinan merasa bosan.
Sesuaikan kecepatan bicara dengan kondisi dan kepentingan. Jangan berbicara terlalu cepat di depan umum, karena bisa jadi maksud anda tak tercerna baik. Berdiskusi di telepon yang sistematis dan tidak berlambat-lambat.
Perhatikan siapa yang diajak berbicara, dalam suasana apa, materinya apa dan sebagai. Ini penting, terutama bila urusannya berkaitan dengan pekerjaan.
Saat berbincang, perhatikan bahasa tubuh. Anda dapat duduk atau berdiri, tetapi yang pasti tatap mata lawan bicara agar ia menangkap kesungguhan anda. Meski sepele, efeknya sangat besar. Ketahuilah, Sungguh tidak sopan jika tengah berbicara mata anda memandang ke tempat lain.
Gerak tangan dan tubuh, serta ekspresi wajah yang tepat akan membantu menyampaikan maksud pembicaraan anda.
Bila tidak sedang berbicara di depan umum, lakukan pembicaraan dua arah. Artinya, Saling merespons dengan menyampaikan argumen untuk menghasilkan buat pembicaraan yang positif.
SEMOGA BERMANFAAT !!!
Orang yang tidak pernah ganti nomor hp selama 5 tahun itu, katanya :

1. Setia.
Bagi mereka yang tak pernah mengganti nomor handphone selama 5 tahun, sudah pasti mereka termasuk orang setia.
Dengan kata lain, jika mereka memiliki sesuatu entah itu barang ataupun pasangan, mereka akan bertahan lama. Meski di luar sana banyak pilihan yang lebih menarik.

2. Suka bernostalgia
Sebab, mereka masih berharap para sahabat yang telah lama menghilang karena alasan pekerjaan, pendidikan dan lain-lain akan dapat menghubunginya suatu saat nanti.

3. Tidak punya masalah dengan orang lain
jika orang yang hobi ganti-ganti nomor handphone termasuk orang yang bermasalah entah itu masalah hutang, masalah cinta, dan lain-lain.

4. Tidak punya hutang
orang yang tidak punya hutang pada orang lain pasti tak akan mau mengganti nomor handphonenya. Coba kalau dia punya hutang, pasti dia akan memilih menghindar supaya tak di telpon ataupun di kejar-kejar oleh penagih hutang tersebut.

5. Suka menolong orang lain,
Pasalnya, mereka siap di telpon siapa saja, kapan saja untuk di mintai pertolongan dalam bentuk apapun. Merekapun tak akan merasa direpotkan oleh orang lain yang sewaktu-waktu meminta bantuannya

Disadur dari "TribunnewsBogor,com"
Oleh : Kahar Muzakkir

Rabu, 11 November 2015

Penomoran Kisi-Kisi Pola Pikir Sistemik

 KISI-KISI UKG 2015




Salah satu ciri ilmiah : SISTEMATIS
Mungkin begini penomoran di Kisi-kisi, biar melahirkan pola pikir yg sistemik ...
Kompetensi Utama : PEDAGOGIK
Kompetensi Inti
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran/Paket Keahlian
1.1. Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial- emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial- budaya.
Indikator Esensial
1.1.1. Menjelaskan karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, dan sosial- emosional.
1.1.2. Mengidentifikasi karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan latar belakang sosial budaya.
1.1.3. Menentukan karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, dan sosial- emosional.
1.1.4. Mengidentifikasi karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, dan sosial-emosional.
1.1.5. Mengidentifikasi karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan latar belakang sosial budaya.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran/Paket Keahlian
1.2. Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran
yang diampu.
Indikator Esensial
1.2.1. Menjelaskan teori tentang kesulitan belajar peserta didik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan.
1.2.2. Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam menguasai pengetahuan maupun ketrampilan.
1.2.3. Mengidentifikasi faktor-faktor kesulitan belajar.
1.2.4. Mengidentifikasi ciri-ciri peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
1.2.5. Melaksanakan langkah-langkah mengatasi kesulitan belajar.
Kompetensi Inti
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran/Paket Keahlian
2.1. Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu.
Indikator Esensial
2.1.1. Menjelaskan karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, dan sosial- emosional.
2.1.2. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan masing-masing pendekatan pembelajaran.
2.1.3. Mengidentifikasi berbagai strategi pembelajaran dan ciri-cirinya.
2.1.4. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan masing-masing strategi pembelajaran.
2.1.5. Menerapkan pendekatan pembelajaran yang mendidik dan menyenangkan.
2.1.6. Menerapkan strategi pembelajaran yang mendidik dan menyenangkan.
Kompetensi Inti
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran/Paket Keahlian
3.1. Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diampu.
Indikator Esensial
3.1.1. Mengidentifikasi model-model pembelajaran.
3.1.2. Mengidentifikasi ciri-ciri model pembelajaran.
3.1.3. Memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan.
3.1.4. Menerapkan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3.1.5. Mengevaluasi penerapan pengalaman belajar.
3.2. Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman
belajar dan tujuan pembelajaran.
Indikator Esensial
3.2.1. Memahami materi pembelajaran tentang materi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.
3.2.2. Memahami prinsip-prinsip memilih materi pembelajaran.
3.2.3. Memahami kriteria pemilihan materi pembelajaran.
3.2.4. Menguraikan langkah-langkah memilih materi pembeljaran.
3,2.5. Memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan.
3.2.6. Menetapkan materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan.
3.2.7. Menerapkan materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan.
3.2.8. Mengevaluasi materi pembelajaran.
Kompetensi Inti
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran/Paket Keahlian
4.1. Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.
Indikator Esensial
4.1.1. Mengidentifikasi syarat-syarat rancangan pembelajaran.
4.1.2. Memahami regulasi tentang rancangan pembelajaran.
4.1.3. Memahami tujuan rancangan pembelajaran.
4.1.4. Memahami rumusan tujuan rancangan pembelajaran.
4.1.5. Menyusun rancangan pembelajaran sesuai denganmata pelajaran
yang diampu.
4.1.6. Mengevaluasi rancangan pembelajaran yang telah disusun.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran/Paket Keahlian
4.2. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan.
Indikator Esensial
4.2.1. Menjelaskan kriteria minimal guru professional dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas, di laboratorium, dan di lapangan.
4.2.2. Menerapkan pembelajaran yang profesional di kelas, di laboratorium, dan di lapangansesuai hasil rancangan.
4.2.3. Mensimulasikan berbagai peran guru dalam pembelajaran di kelas, di laboratorium, dan di lapangansesuai standar keamanan yang dipersyaratkan.
4.2.4. Menguraikan konsep belajar mengajar sesuai keterampilan abad 21.
4.2.5. Merancang pembelajaran sesuai keterampilan abad 21.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran/Paket Keahlian
4.3. Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.
Indikator Esensial
4.3.1. Menjelaskan pentingnya mengembangkan media pembelajaran yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu.
4.3.2. Menjelaskan karakteristik dan prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu.
4.3.3. Menjelaskan pemanfaatan berbagai sumber belajar yang sesuai
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu.
4.3.4. Merancang penggunaan media pembelajaran dan pemanfaatan sumber belajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu.
4.3.5. Menggunakan media pembelajaran dan pemanfaatan sumber belajar sesuai hasil rancangan.
Kompetensi Inti
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran/Paket Keahlian
5.1. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang diampu
Indikator Esensial
5.1.1. Menjelaskan pentingnya mengembangkan digital literacy skills secara global.
5.1.2. Merancang pengembangan digital literacy skills dalam pembelajaran, secara bertahap.
5.1.3. Menerapkan digital literacy skills dalam pembelajaran secara bertahap sesuai hasil rancangan.
Kompetensi Inti
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran/Paket Keahlian
6.1. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi secaraoptimal.
Indikator Esensial
6.1.1. Menjelaskan pentingnya keterampilan belajar kritis dan inovasi untuk mendukung peserta didik mencapai prestasi optimal.
6.1.2. Merancang pengembangan keterampilan belajar kritis dan inovasi dalam pembelajaran untuk mendukung peserta didik mencapai prestasi optimal.
6.1.3. Menerapkan keterampilan belajar kritis dan inovasi dalam pembelajaran sesuai hasil rancangan.
Kompetensi Inti
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peseta didik.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran/Paket Keahlian
7.1. Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, persuasif, dan santun, secara lisan, tulisan.
Indikator Esensial
7.1.1. Menguraikan berbagai strategi berkomunikasi efektif, empatik, persuasif, dan santun secara lisan.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran/Paket Keahlian
7.2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang mendidik yang terbangun secara siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan contoh, (b) ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian, (c) respons peserta didik terhadap ajakan guru, dan (d) reaksi.
Indikator Esensial
7.2.1. Menerapkan komunikasi efektif pada kegiatan pembelajaran.
Kompetensi Inti
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran/Paket Keahlian
8.1. Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu.
Indikator Esensial
8.1.1. Mendeskripsikan secara jelas, tepat dan rinci sistem penilaian acuan.
8.1.2. Menjabarkan secara jelas dan rinci aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam sistem penilaian proses dan hasil belajar.
8.1.3. Membedakan secara jelas dan rinci berbagai teknik dan bentuk instrumen penilaian hasil belajar.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran/Paket Keahlian
8.2. Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Indikator Esensial
8.2.1. Mengidentifikasi teknik dan bentuk instrumen penilaian hasil belajar yang tepat dan sesuai untuk materi pelajaran yang diampu, baik untuk
ranah sikap, pengetahuan maupun keterampilan.
8.2.2. Menentukan teknik dan bentuk instrumen penilaian hasil belajar yang tepat dan sesuai untuk materi pelajaran yang diampu, baik untuk ranah sikap, pengetahuan maupun keterampilan.
8.2.3. Menyusun berbagai instrumen penilaian hasil belajar yang telah ditentukan sesuai dengan materi pelajaran untuk ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran/Paket Keahlian
8.3. Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.
Indikator Esensial
8.3.1. Menggunakan instrumen penilaian hasil belajar yang tepat dan sesuai untuk materi pelajaran yang diampu baik untuk ranah sikap, pengetahuan maupun keterampilan.
8.3.2. Mengolah/menganalisis penilaian proses dan hasil belajar sesuai dengan standar, kriteria dan sistem yang ditetapkan.
8.3.3. Melaporkan hasil analisis terhadap penilaian proses dan hasil belajar.
Kompetensi Inti
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran/Paket Keahlian
9.1. Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar.
Indikator Esensial
9.1.1. Menganalisis hasil penilaian pembelajaran.
9.1.2. Menafsirkani hasil penilaian pembelajaran.
9.1.3. Menggunakan hasil analisis penilaian untuk menentukan ketuntasan belajar.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran/Paket Keahlian
9.2. Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan.
Indikator Esensial
9.2.1. Menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan
kelemahan masing‐masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan.
9.2.2. Merancang program remedial bagi peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar minimal dalam kompetensi tertentu.
9.2.3. Merancang program pengayaan bagi peserta didik yang telah mencapai ketuntasan belajar.
Kompetensi Inti
10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran/Paket Keahlian
10.1. Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Indikator Esensial
10.1.1. Menentukan bagian-bagian pembelajaran yang memerlukan perbaikan.
10.1.2. Merancang langkah-langkah perbaikan.
10.1.3. Memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya.
10.1.4. Memanfaatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.
10.1.5. Mengembangkan diri secara terus menerus untuk meningkatan profesionalisme sebagai pendidik.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran/Paket Keahlian
10.2. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu..
Indikator Esensial
10.2.1. Memahami teori penelitian tindakan kelas.
10.2.2. Mengidentifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran yang diampu
10.2.3. Merencanakan penelitian tindakan kelas.
10.2.4. Melaksanakan penelitian tindakan kelas.
10.2.5. Melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pelaksanaan tindakan dan hasilnya untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus berikutnya untuk meningkatkan hasil yang lebih baik.
10.2.6. Mengevaluasi hasil Penelitian Tindakan Kelas.
10.2.7. Menyusun Laporan Penelitian Tindakan Kelas.

Sabtu, 17 Oktober 2015

7 Kebiasaan yang Membuat Kita Tidak Bahagia



“Kehidupan yang bahagia tidak membutuhkan banyak hal; 
semuanya ada pada dirimu sendiri, yaitu melalui cara berpikirmu.” 
– Marcus Aurelius


Berbagai kondisi yang sedang dialami bisa membuat hidup kita terasa tidak bahagia. Tapi sebagian – dan seringkali sebagian besar –
 ketidakbahagiaan yang kita rasakan justru datang dari cara berpikir, perilaku, dan kebiasaan kita sendiri.

Dalam thread ini, ada 7 kebiasaan buruk yang seringkali kita lakukan tanpa sadar, yang bisa membuat kita tidak bahagia. Tapi jangan khawatir, ane akan share juga cara untuk mengatasi kebiasaan-kebiasaan ini.

1. Berusaha untuk selalu sempurn.

Apakah hidup harus sempurna dulu baru kamu bisa bahagia? Apakah kamu harus selalu bertindak secara sempurna dan memperoleh hasil yang sempurna dulu baru bisa bahagia?

Yaah kalau kamu menganggap begitu sih kayaknya mau bahagia saja susah ya.. Kalau terbiasa menetapkan standar yang tinggi dan tidak masuk akal untuk segala hal, nanti malah jadinya kamu yang merasa rendah diri dan merasa tidak pernah cukup baik meskipun sebenarnya kamu sudah melakukan banyak hal yang luar biasa. Segala hal yang kamu lakukan terasa tidak memuaskan, kecuali mungkin ada momen tertentu dimana kamu pernah mengalami satu masa yang benar-benar sempurna.

2. Hidup dalam lingkungan yang penuh dengan bisikan-bisikan negatif.

Kita tidak pernah benar-benar hidup sendirian. Dengan siapa kita bersosialisasi, apa yang kita baca, lihat, dan dengar memiliki pengaruh besar terhadap perasaan dan cara berpikir kita.

Sangat sulit untuk menjadi bahagia bila kamu membiarkan dirimu tenggelam dalam banyak bisikan negatif yang ada di sekitar kita. Bisikan-bisikan yang bilang bahwa sebagian besar hidupan terdiri dari masa-masa tidak bahagia, hal-hal yang berbahaya, dan dipenuhi banyak ketakutan dan keterbatasan. Bisikan-bisikan tersebut melihat hidup dengan sudut pandang yang negatif.

3. Terlalu sering terjebak di masa lalu dan masa depan.

Menghabiskan banyak waktu mengingat berbagai hal di masa lalu seperti memori dan pengalaman yang menyakitkan, konflik yang pernah terjadi, atau kesempatan bagus yang hilang cuma akan menambah rasa sakit saja. Selain itu, menghabiskan banyak waktu memikirkan masa depan secara negatif, misalnya cemas akan hal buruk yang mungkin terjadi di pekerjaanmu, paranoid takut hubunganmu dengan pasangan, keluarga atau teman tidak berjalan lancar, takut memikirkan masalah kesehatan juga bisa berujung pada berbagai skenario menyeramkan yang terus kita bayangkan dalam kepala. Tidak berada di masa kini, saat semuanya tengah terjadi, bisa membuat kita melewatkan banyak hal yang menakjubkan.

Dan ini kondisi yang tidak baik kalau kamu ingin bahagia.

4. Membandingkan diri dan kehidupanmu dengan milik orang lain.

Satu kebiasaan yang paling umum dan cenderung merusak adalah terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain. Kamu membandingkan mobil, rumah, pekerjaan, sepatu, tas, kekayaan, percintaan, kehidupan sosial, popularitas, dll. Dan ujung-ujungnya jadi ga pede dan kamu jadi banyak merasa negatif.

5. Terlalu memikirkan detil negatif yang terjadi dalam hidupmu.

Selalu melihat aspek negatif dari hal-hal yang terjadi padamu dan berkutat di dalamnya akan membuatmu tidak bahagia dan bisa membuat mood orang-orang di sekitarmu juga menjadi jelek.

6. Membatasi hidup karena kamu menganggap bahwa
dunia berpusat pada dirimu
.

Kalau kamu berpikir bahwa jalannya dunia bergantung dan berpusat padamu, dan makanya kamu jadi banyak menahan diri karena takut akan perkataan orang lainterhadapmu saat kamu mencoba hal-hal yang berbeda atau baru, well itu artinya kamu sedang membatasi hidupmu sendiri. Kenapa? Karena kalau hal tersebut membuatmu jadi lebih tidak berani mencoba hal baru atau melakukan hal-hal yang sebenarnya selama ini sangat kamu inginkan, artinya ada yang salah.

Saat orang lain menyampaikan kritik atau hal negatif terhadapmu, jangan berpikir bahwa itu selalu berarti kamu telah melakukan kesalahan (karena bisa saja orang tersebut yang sedang mengalami hari yang menyebalkan, atau kamu sendiri yang ternyata mengasumsikan bahwa orang lain menyalahkanmu atas suatu hal). Apalagi kalau kita orang yang cenderung pemalu, biasanya terbiasa berpikir kalau orang lain selalu memperhatikan segala tindak-tanduk dan perkataan kita.

7. Terlalu mempersulit hidup.

Hidup bisa menjadi sangat rumit hingga menyebabkan stress dan ketidakbahagiaan. Tapi seringnya hal ini terjadi karena kelakuan kita sendiri. Yup dunia memang semakin lama makin kompleks, tapi bukan berarti kita tidak bisa membuat kebiasaan baru yang membuat hidup lebih sederhana.

Secara sadar ataupun tidak sadar, kita masing-masing pernah terjebak di salah satu kebiasaan ini. Kabiasaan-kebiasaan yang membuat diri kita terbatas dan jadi gak bahagia.

Apa and masih punya kebiasaan-kebiassaan diatas? 
Yang mana yang kamu sadari di dirimu sendiri? 

Senin, 05 Oktober 2015

11 Solusi Mudah Mengatasi Kondisi Keuangan Keluarga

 Jata Krisnario Ravikhanna
Summary
Seluruh hasil jerih payah suami dan atau pun istri merupakan pendapatan bersama yang seharusnya juga diketahui secara bersama atas pengeluaran keuangan mereka.
Masalah dalam  keluarga bervariasi. Salah satunya berasal dari finansial keluarga. Kondisi keuangan keluarga yang tidak kunjung sehat, seperti gali lubang tutup lubang bisa menyebabkan defisit. Masalah keuangan yang muncul dapat menjadi suatu masalah emosional dan terkadang membuat suami tertekan oleh permintaan istri yang mengharuskan agar kebutuhan harus terpenuhi saat itu juga, terutama untuk kepentingan si buah hati. Untuk itu diperlukan adanya pembenahan dalam mengatasi kondisi keuangan keluarga.
Anda harus bersikap cerdik dan cermat dalam soal manajemen keuangan karena hal ini menjadi momok yang penting untuk membina hubungan tetap harmonis. Jangan selalu mengandalkan pinjaman dan berutang demi pemenuhan kebutuhan yang kian hari kian meningkat. Kurangi gaya hidup konsumtif untuk menghemat pengeluaran.
Apalagi jika Anda merasa pendapatan yang diterima tiap bulan selalu kurang. Padahal kondisi tersebut timbul akibat dari Anda sendiri yang kurang bisa mengontrol cash flow keuangan Anda. Seharusnya bersama pasangan, Andasudah bisa bahu membahu untuk memberi yang terbaik khususnya dalam masalah keuangan keluarga tersebut.
Jika Anda berdua sama-sama bekerja, penghasilan suami sudah sepatutnya sebagai penghasilan utama untuk membiayai kehidupan Anda dalam berkeluarga, terutama dalam memenuhi beragam kebutuhan. Untuk penghasilan yang diterima oleh seorang istri dari hasil jerih payahnya, memang tidak diwajibkan, penghasilan sang istri tersebut dijadikan juga sebagai sumber penghasilan utama. Untuk pendapatan seorang istri bisa dialokasikan untuk kebutuhan Anda sebagai istri dan juga kebutuhan darurat lainnya, terutama untuk anak Anda.
Lebih baik untuk urusan finansial ini, Anda sudah membicarakannya sejak pertama memutuskan untuk menikah. Tujuannya meminimalisasi hal-hal yang mungkin akan terjadi ke depannya. Sebelum Anda menjalani kehidupan berkeluarga, mungkin uangku, uangmu dan uang kita. Tetapi, apakah akan selalu berjalan mulus ketika sudah menjalani kehidupan sebagai suami istri.
Semua harus dipersiapkan sebaik mungkin supaya keluarga Anda selalu bahagia, namun, jika memang terjadi penghambat dalam berkeluarga nanti, yang masalah utamanya seperti yang sudah dijelaskan di awal, terutama masalah keuangan, kita-kita berikut ini bisa Anda lakukan dalam upaya mengatasi atau pun memulai perencanaan keuangan yang baik bagi keluarga Anda.

1. Terbuka

keuangan keluarga
Sikap terbuka sebagai awal Anda menjalan kehidupan berkeluarga, seperti yang telah disebutkan di atas. Baik bagi pasangan yang sama-sama bekerja atau pun hanya salah satu saja, sebaiknya tidak ada yang harus disembunyikan, terlebih untuk masalah pengeluaran nantinya. Selalu diskusikan semua keputusan yang menyangkut keuangan, seperti pengeluaran, pemasukan, tabungan dan lainnya.

2. Bikin kesepakatan

keuangan keluarga
Sebelum menghabiskan uang Anda, ada baiknya untuk membuat aturan yang disepakati bersama. Contohnya, menentukan berapa persen yang harus ditabung, berapa budget yang digunakan untuk membayar tagihan dan lainnya.

3. Menentukan tujuan jangka panjang

keuangan keluarga
Dalam hal finansial, Anda harus cermat dan bijak dalam melihat masa depan. Bukan berarti Anda harus menerawang atau bertindak sebagai paranormal. Pastinya Anda bersama pasangan sudah bisa menentukan hal di masa mendatang yang membutuhkan banyak uang. Seperti; biaya pendidikan anak, liburan dan lainnya. Ini akan membantu Anda dan pasangan untuk menyimpan uang dan tidak akan kewalahan ketika saatnya tiba. Anda juga bisa membaca cara menyiapkan dana pendidikan untuk buah hati Anda di masa depan. (di link)

4. Menabung

keuangan keluarga
Anda tidak perlu membuka rekening untuk menabung di salah satu bank, tetapi Anda bisa menyiapkan celengan di rumah yang tidak akan bisa dibuka selama beberapa waktu ke depan. Untuk faktor keamanan, Anda sebaiknya menyimpan tabungan Anda di bank yang tentu sudah menjadi bank kepercayaan Anda. Mungkin terdengar remeh, namun uang yang terkumpul bisa sangat berguna saat dibutuhkan.

5. Tabungan bersama

keuangan keluarga
Tidak jauh berbeda dengan point sebelumnya, tetapi dengan ada tabungan bersama, Anda berdua sudah pasti mengetahui masuk keluarnya uang dari tabungan tersebut. Sehingga Anda lebih bisa mengantisipasi akan hal-hal yang mungkin terjadi atau pun sekedar mengetahui ke mana dana tersebut dialokasikan, walaupun terkesan tidak etis tetapi satu sama lain mengetahuinya dan tidak menimbulkan kecurigaan.

6. Melacak pengeluaran

keuangan keluarga
Sebelum mengeposkan uang mungkin di hari pertama Anda menerima gaji sebagai sebuah pasangan. Sebelum hari itu terjadi, Anda apat melacak pengeluaran Anda sehari-hari. Hal ini akan terasa manfaatnya sejak awal pernikahan, karena Anda bisa memperkirakan berapa pengeluaran Anda baik itu untuk harian atau pun bulanan. Dari sudut pandang ini, bisa terlihat apakah Anda orang yang cukup hemat atau justru terlalu boros?

7. Membuat anggaran yang realistis

keuangan keluarga
Pastikan anggaran Anda realistis dan bisa dilaksanakan dengan baik. Jangan terlalu membuat anggaran yang justru mencekik keuangan Anda bahkan segala kebutuhan utama dan penting malah tidak terpenuhi. Hidup terlalu hemat menjadikan Anda tidak bisa menikmati hidup bukan merupakan solusi terbaik. Tidak pula melonggarkan anggaran Anda sehingga membuat kehidupan Anda terlalu boros.

8. Sematkan uang untuk membangun koneksi

keuangan keluarga
Di sini mungkin terlalu tinggi bahasanya, apalagi Anda sudah berkeluarga. Namun, jangan dipandang sebelah mata, membangun koneksi juga sama dengan membangun bisnis baru atau dengan kata lain membuka rekening pendapatan baru yang sudah pasti akan berguna bagi kehidupan Anda.

9. Dana hangout

keuangan keluarga
Sisakan sedikit uang untuk bersenang-senang ini. Jangan terlalu banyak sehingga tidak menimbulkan sikap boros, jika Anda menyukai tantangan, justru besarkan dana untuk senang-senang tersebut, sampai di mana Anda bisa menahannya untuk tidak menghabiskannya, jika sampai hari gajian Anda tiba kembali dan uang ini masih tersisa banyak berarti Anda telah berhasil melewati tantangan tersebut dan Anda bisa mengulangi hal ini sehingga Anda pun dilatih dalam bertanggung jawab soal keuangan.
Bila sudah berkeluarga, uang untuk senang-senang hanya untuk dilingkup keluarga saja, seperti makan malam di luar atau sekedar nonton bioskop bersama, yang paling mahal mungkin jalan-jalan ke luar negeri, tetapi itu pun dari hasil tabungan Anda bersama pasangan. Anggap saja ini semua merupakan penghargaan dari hasil kerja keras Anda bersama.

10. Rapat keuangan

keuangan keluarga
Selalu adakan pertemuan dengan pasangan membicarakan masalah keuangan ini. Bisa dilakukan setiap bulan atau bahkan setiap minggu. Jalani ini dengan suasan senang, santai karena bukan rapat di kantor tetapi rapat bersama pasangan Anda yang selalu menjalani kehidupan bersama-sama.

11. Bekerjasama untuk mengatur keuangan

keuangan keluarga
Selalu dan selalu bekerjasama dalam mengatur keuangan. Jangan terlalu mendominasi atau justru pasif jika berkaitan dengan pengeluaran dan pemasukan serta perencanaan keuangan. Di awal-awal mungkin akan canggung, namun jika dibiasakan Anda akan merasakan manfaatnya mengatur keuangan bersama pasangan.
Tak khayal, terkadang pendapatan seorang istri juga bisa lebih besar dari suami, ada yang menerimanya dengan lapang dada dan memang itu semua ditujukan untuk kehidupan keluarga yang lebih baik.
Terkadang, ada pula peran antara suami dan istri dalam keluarga yang menyimpang bahkan berubah total kodratnya, yang terparah ada juga dengan keadaan istri yang berpenghasilan lebih besar dari suami, membuat sang istri menjadi semena-mena dan tidak mau mengikuti perkataan sang suami, bahkan yang lebih mengenaskan adalah tidak menghormatinya sebagai kepala keluarga yang memang berkewajiban mencari nafkah.
Untuk menghindari hal tersebut, dari sisi finansial, Anda bisa saling berbagi tugas, membagi tugas di sini bukan berarti membagi tugas seperti biasa yang dilakukan suami dan istri dalam berkeluarga, melainkan, membagi pos pengeluaran. Contohnya : untuk kebutuhan sehari-hari, dapur bulanan, hingga uang jajan anak, alokasikan dari pendapatan suami. Sementara gaji istri dialokasikan untuk membayar cicilan, tagihan, asuransi serta kebutuhan mendesak lainnya. Dengan ini semua kontribusinya seimbang.
Sebagai panduan untuk Anda, kami akan menyuguhkan secara singkat mengenai managemen keuangan keluarga yang sebaiknya diterapkan dalam sebuah keluarga.
keuangan keluarga

Setelah membaca artikel di atas, Anda juga bisa mempelajari cara mempersiapkan masa pensiun Anda.

Senin, 21 September 2015

MACAM-MACAM DOSA MANUSIA YANG TAK PRNAH DISADARINYA

10 MACAM DOSA LAKI-LAKI YANG TAK PERNAH DISADARINYA

1. Tidak memelihara rambutnya.
2. Menyakiti hati da menyiksa istrinya dengan kemarahannya.
3. Membantu wanita lain tanpa izin istrinya.
4. Keluar rumah tanpa izin istrinya.
5. Malas berdoa dan puasa meski mau melaksanakannya.
6. Suka cuek.masa bodoh terhadap orang lain.
7. Menyiksa diri dg bekerja demi kebutuhan diluar batas kemampuannya.
8. Mempertontonkan kekayaan dan kecantikan istrinya di depan orang banyak sehingga orang lain kagum padanya.
9. Memanjakan istri dan anak-anaknya.
10. Kurang sabar dalam segala hal.


13 MACAM DOSA WANITA YANG TAK PERNAH DISADARINYA

1. Tidak memelihara rambutnya.
2. Menyakiti hati suaminya dengan lidahnya / kata-katanya.
3. Menyusui anak orang lain tanpa izin suaminya.
4. Keluar rumah tanpa izin suaminya.
5. Mampu untuk mengerjakan doa dan puasa tapi tidak mau melaksanakannya.
6. Berhias diri/bersolek untuk dilihat laki-laki lain.
7. Suka membicarakan aib orang lain.
8. Suka memanjakan diri (ingin terkenal).
9. Mempertontonkan perhiasannya di depan orang banyak sehingga tertarik padanya.
10. Suka berdusta/berbohong.
11. Suka mengadu domba orang lain.
12. Memfitnah dan suka marah-marah pada suaminya.
13. Mempersilahkan laki-laki lain untuk berzina dengannya.

Senin, 07 September 2015

Aksara Tak Bisu


Bukit itu terlalu sunyi untuk di katakan wajar.
Setelah dipersilahkan masuk ke rumah orang tua itu, aku duduk pada kursi di ruang tamu. Ia meraih sebungkus tembakau kasar. Disodorkannya tembakau itu di meja, beserta kertas dolar untuk melinting tembakau.
Maafkan saya atas peristiwa tadi, tulis orang tua itu pada secarik kertas. Di bukit ini, kami cukup hati-hati dengan pendatang baru. Apa lagi sedang beredar isu, keberadaan kami di bukit ini tengah dimata-matai oleh penguasa kerajaan ini.

Diberikannya catatan kecil itu kepadaku untuk kubaca. Spontan, setelah membaca catatan kecil pada carikan kertas tersebut, timbul keinginan dalam benakku, untuk juga menuliskan sesuatu kepada orang tua itu, sekadar untuk mencairkan suasana. Tanpa bertanya terlebih dahulu, aku bermaksud mengambil secarik kertas dari tumpukan kertas yang ada di meja. Namun sebelum aku sempat menyentuh tumpukan kertas itu, orang tua itu malah mencegah diriku. Seperti tahu apa yang kupikirkan, orang tua itu meraih secarik kertas dan menulis:
Bicaralah! Bukankah adik dapat berbicara? Jangan sungkan untuk berbicara. Walaupun saya bisu, saya masih bisa mendengarkan dan mengerti dengan baik bahasa lisan. Angaplah saja adik sedang bercakap-cakap dengan sahabat Adik.
Aku jadi serba salah.
“Em…,” kucoba menyembunyikan rasa maluku. “Em… maaf, Pak. Saya hanya ingin menunjukkan rasa hormat serta niat baik saya kepada Anda. Saya pikir… dengan menulis seperti yang Bapak lakukan, perbincangan kita akan semakin cair. Tetapi jika…” tak kuselesaikan kalimatku, saat kulihat ia telah mengangguk-angguk sambil tersenyum maklum.
“Em… tentang kejadian tadi, sebenarnya telah saya lupakan. Lagi pula, saya sama sekali tidak menyalahkan Bapak atas peristiwa tadi. Menurut saya wajar jika Bapak merasa perlu waspada dengan kedatangan orang baru seperti saya. Apa lagi jika memang sedang beredar isu kalau ada mata-mata raja yang hendak memata-matai kehidupan di bukit ini.”
Orang tua itu masih memperhatikan aku dengan saksama. Aku jadi sedikit kikuk.
“Juga… terima kasih Pak, ‘tuk suguhannya,” tanganku menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal.
“Tapi, maaf Pak. Saya tak biasa, atau mungkin lebih tepat tak bisa isap lintingan. Terlalu keras. Kretek saja Pak…” aku tersenyum, mengulum rasa malu bercampur segan. Kukeluarkan sebungkus rokok kretek dari saku celanaku. Kembali ia tersenyum padaku.

Sebelum ia mulai menulis lagi pada kertas yang sama, ia menyodorkan sekotak korek api kepadaku untuk membakar rokok.
Sudah puluhan tahun aku tidak menggunakan pita suaraku. Selama itu pula, semua perasaan, pendapat dan pikiranku kuungkapkan lewat tulisan pada carikan-carikan kertas. Tetapi sekali lagi, Adik tak perlu sungkan untuk berbicara. Saya termasuk generasi yang dapat mendengarkan dan mengerti bahasa lisan dengan baik, tulisnya.

Aku belum selesai membaca catatan tersebut ketika seorang gadis cantik datang membawa dua cangkir kopi hangat dan sepiring pisang goreng. Piring kaca alas cangkir berdenting nyaring saat bersentuhan dengan meja marmer yang telah sedikit retak di ujungnya. Cuping hidungku mengembang, menghirup uap kopi hangat yang membubung naik bercampur aroma pisang goreng. Ku isap rokokku dalam-dalam. Sempurna.
Gadis itu mengambil secarik kertas dan menulis:
Maaf. Mungkin tak seenak ‘white coffee’ juga kopi luwak, tapi ini dari biji kopi pilihan; yang terbaik yang kami miliki; asli buah tanah bukit ini. Silahkan dinikmati.
Ia tersenyum padaku seraya mempersilahkan diriku menyantap hidangan yang telah tersedia. Sederhana, tetapi anggun. Itu kesan pertamaku. Pandanganku lekat pada gadis manis itu sebelum akhirnya ia tersenyum lagi, lalu berlalu ke belakang dan terpeleh tirai.

Sebuah catatan kecil pada carikan kertas yang lain disodorkan lagi kepadaku. Orang tua itu menulis:
Ia adalah putri tunggalku. Namanya Ree. Ibunya meninggal dua tahun lalu. Sejak saat itu ia yang mengurus pekerjaan rumah tangga.
Aku mengangguk-angguk, namun dengan dahi yang berkerut. Aku mengerti sesuatu sekaligus tidak mengerti hal yang lain. Kutatap wajah orang tua itu dengan sebuah pertanyaan yang seperti tersangkut di tenggorokan. Ia mengambil pena dan menulis, namun bukan lagi pada carikan kertas. Pada selembar kertas yang cukup panjang, ia menulis:
Saya mengerti apa yang hendak Adik tanyakan. Begini:
Hegemoni tak pernah pasti selama harapan dan perjuangan ada dalam hati, ia memulai catatannya.
Tidak semua orang gampang menentukan bagian tubuh mereka yang paling penting dan yang paling mereka banggakan. Memilih yang satu dan mengeliminasi yang lain sering menimbulkan dilema. Namun, tidak demikian dengan penduduk bukit ini. Jika penduduk bukit ini disuruh memilih satu anggota tubuh yang paling penting dan paling membanggakan, boleh jadi tanpa berpikir dua kali, kami akan menjawab, “Pita suara!”; andai kata kami dapat berteriak kini.
Sebab, tidak ada anugerah para dewa yang lebih indah dari pada Pita Suara.
Ia memberi kesempatan kepadaku untuk membaca awal catatannya. Kalimat terakhir awal catatannya itu ia tulis dengan tinta biru.

Sayangnya, ia melanjutkan catatannya, generasi kami adalah generasi terakhir yang dapat menikmati anugerah terindah itu.
Dulu kami semua punya pita suara. Suku kami sungguh yakin kalau pita suara adalah anugerah khusus para dewa. Maka, sejak kacil kami sudah sungguh di didik untuk tahu menggunakan anugerah dewa yang terindah itu. Kami di didik dengan keras untuk menjadi penyanyi, penyair, orator, serta retor; menjadi pengguna anugerah dewa. Bahkan hasilnya, tak sedikit dari antara kami yang menjadi penyanyi, penyair, serta retor-retor, dan orator-orator yang ulung dan tersohor di penjuru kerajaan.

Kala malam purnama datang, di sekeliling api unggun, kami berkumpul untuk bernyanyi, melantunkan syair-syair kuno, juga mendengarkan kepala suku kami bercerita tentang nenek moyang kami. Kami juga berdiskusi bahkan berdebat tentang hari-hari hidup kami dan kerajaan ini. Semuanya begitu indah.

Hingga suatu senja….

* * *

….dituduh salah menggunakan anugerah para dewa, menjadi suku pemberontak dan penghasut di kerajaan demokrasi ini, kami dijatuhi hukuman yang sungguh tak adil. Tak ada seorang pun yang di hukum gantung. Tetapi, pita suara semua kami, penghuni bukit ini, mesti di potong.

Keputusan itu telah menjadi bencana terbesar yang pernah kami alami sepanjang sejarah bukit ini. Sejak petang itu, lenyaplah nyanyian; tak ada lagi dongeng; tak ada diskusi; tak ada puisi; dan tak ada pidato. Tangisan kami tak membekaskan suara sedikit pun. Bahkan bisikan pun tak menyisakan sedikit bunyi untuk setitik makna.
Terlalu perih untuk dikenang….

….sadar waktu tak punya pilihan untuk berhenti. Generasi yang baru pun muncul mengganti generasi yang pergi. Anak-anak kami, termasuk putriku Ree, lahir dengan pita suara yang baik.

Bagi kami, itu adalah tanda bahwa para dewa tak pernah melupakan kami. Namun sayang, tak seorang pun dari generasi kami mampu mengajarkan mereka berbicara, bernyanyi, berkisah, melantunkan syair, bahkan untuk sekedar berbisik. Bayangkanlah, tak satu pun dari kami. Betapa menyedihkan….

Demikian penggalan kisah yang dicatat sendiri oleh orang tua itu tentang sunyi bukit itu.

* * *

Maka suatu senja, pada secarik kertas lusuh, kami sepakat untuk satu hal yang tak akan lusuh. Kami sepakat untuk membangun dunia kami sendiri; dunia kami di bukit ini. Orang tua itu terdiam sejenak sebelum kembali menulis lagi: Sebuah dunia tulisan; dunia aksara, walau tanpa suara.
“Maafkan aku Pak,” rasanya dadaku terlalu sesak untuk mengungkapkan apa yang ingin kuungkapkan. Aku tertegun usai membaca kisah yang ditulis orang tua itu.

Di luar, sinar dan panas mentari tak seberapa lagi. Burung-burung malam mulai menampakkan diri. Mengingat hari telah semakin gelap, segera kusampaikan maksudku kepada orang tua itu untuk pulang. Orang tua itu tampaknya maklum dengan kecemasanku. Hutan di bukit ini tak selalu aman di malam hari.

Ia menepuk tangan tiga kali. Mungkin itu adalah isyarat untuk memanggil Ree, putrinya, sebab tak lama berselang Ree datang. Seperti sudah mengerti apa yang harus dikerjakan, Ree segara mengumpulkan cangkir berisi ampas kopi, serta beberapa buah pisang goreng yang tersisa. Ia tersenyum padaku sebelum pergi ke belakang.

Penguasa negeri ini, tulis orang tua itu sebelum aku pergi, kini memata-matai keberadaan kami di bukit ini. Tentu mereka ingin memastikan generasi penerus kami tak dapat bernyanyi, berbicara, berteriak, berpidato, bahkan berbisik satu dengan yang lain. Jika mereka tahu generasi penerus kami tak dapat menggunakan pita suara, bahkan untuk berbisik sekalipun, tentu mereka akan merasa berhasil membungkam suara kami bahkan suara anak cucu kami; generasi penerus kami. Tetapi sampai kapan pun, mereka tak pernah mengerti kalau sesungguhnya di bukit ini, hanya anjing yang tak bicara.
Dengan tulisan yang dipertebal ia mengakhiri catatan itu: Sebab, AKSARA TAK BISU!

Kulipat catatan itu. Kusimpan catatan akhir itu dalam saku bajuku bersama semua catatan yang telah ia berikan kepadaku sepanjang hari itu. Aku berlangkah menembus senja yang menjelang malam. Sebelum sampai di hutan, batas bukit itu, kusempatkan diri menoleh ke belakang untuk yang terakhir kali. Samar-samar, rumah orang tua itu terlihat di celah pepohonan. Aku tertunduk penuh penyesalan. Aku ingin jujur kepada orang tua itu, kalau sesungguhnya aku adalah mata-mata raja...... end